Sejarah Mikroskop
Menurut sejarah orang yang pertama
kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini adalah Zacharias
Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang yang kerjanya membuat
kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka mambuat mikroskop pertama kali pada
tahun 1590. Mikroskop pertama yang dibuat pada saat itu mampu melihat
perbesaran objek hingga dari 150 kali dari ukuran asli. Temuan mikroskop saat
itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat
yang sama. Bahkan Galileo mengklaim dririnya sebagai pencipta pertamanya yang
telah membuat alat ini pada tahun 1610.
Galileo menyelesaikan pembuatan
mikroskop pada tahun 1609 dan mikroskop yang dibuatnya diberi nama yang sama
dengan penemunya, yaitu mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan
lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari
lensa optik memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini
disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang
cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200
nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati
ukuran di bawah 200 nanometer. Setelah itu seorang berkebangsaan belanda
bernama Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) terus mengembangkan pembesaran
mikroskopis. Antony Van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang
profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf,
Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-seratpada
kain. Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya
salah seorang penemu mikrobiologi. Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang
sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain
sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak
yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan
‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan
ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih
meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa
dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop
yang mampu memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil
pengamatannya tersebut danmengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu
isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia menggambarkan adanya
hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa. Antara tahun
1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun
spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat
dunia sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya
melahirkan ilmu mikrobiologi. Bila Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad
ke-17 dan digunakan untuk melihat binatang-binatang sejenis mikroba.
Menariknya, orang Jepang senang menggunakannya untuk mengamati serangga
berukuran kecil, dan hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga
secara mendetail. Mikroskop Cahaya Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek
adalah pada kekuatan lensa cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan
lensa tambahan yang diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut
eyepiece, sehingga obyek dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat
diperbesar lagi dengan menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan
selanjutnya ditambahkan pengatur jarak antara kedua lensa untuk mempertajam
fokus, cermin atau sumber pencahayaan lain, penadah obyek yang dapat digerakkan
dan lain-lain, yang semua ini merupakan dasar dari pengembangan mikroskop
modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya Light Microscope (LM). LM modern
mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000 kali dan memungkinkan
mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang berjarak satu sama lain
sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002 mm). Seperti diketahui mata
manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai daya resolusi 0,2 mm. Pada
pengembangan selanjutnya diketahui bahwa kemampuan lensa cembung untuk
memberikan resolusi tinggi sudah sampai pada batasnya, meskipun kualitas dan
jumlah lensanya telah ditingkatkan. Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang
gelombang dari sumber cahaya yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada
daya resolusi yang lebih tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat
lebih pendek dari panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan.
Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru atau ultra
violet dapat memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah dengan pemanfaatan
zat-zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti minyak), resolusi dapat
ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm). Hal ini belum memuaskan
peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan mode baru akan mikroskop terus
dilakukan. Ditemukannya Mikroskop Elektron Pada tahun 1920 ditemukan suatu
fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet,
dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang
gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga
bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin
terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya. Untuk
melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan mikroskop dengan
panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932 mikroskop elektron
semakian berkembang lagi. Sebagaimana namanya, mikroskop elektron menggunakan
sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari cahaya. Karena itu,
mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih
tinggi dibanding mikroskop optik. Mikroskop electron mampu pembesaran objek
sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran
objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop
elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik
yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. Sebenarnya, dalam fungsi
pembesaran obyek, mikroskop elektron juga menggunakan lensa, namun bukan
berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis
magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron yang
melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop
optik. Kekhususan lain dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek
dalam kondisi hampa udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron
akan terhambat alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara
normal. Dengan membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan. Dengan mikroskop elektron yang mempunyai
perbesaran lebih dari 10.000x, kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih
detail. Perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang
biologi, seperti penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan
dipelajari berikut yaitu virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan
melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
Selengkapnya :kompasiana.com
Selengkapnya :kompasiana.com
Menurut sejarah orang
yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini
adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang
yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka
mambuat mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang
dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali
dari ukuran asli.
Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklaim
dririnya sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada
tahun 1610.
Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609 dan mikroskop
yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu mikroskop
Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut
mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki
kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan
oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang
cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai
sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini
tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek
(1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis. Antony Van
Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional.
Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda.
Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-seratpada kain.
Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta
menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia
tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang
tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi
dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat
kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati
benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini
dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di
lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu
memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil
pengamatannya tersebut danmengirimkannya ke British Royal Society. Salah
satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal
dengan protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat
yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya
adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan
bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya
bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi.
Bila Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad ke-17 dan digunakan
untuk melihat binatang-binatang sejenis mikroba. Menariknya, orang
Jepang senang menggunakannya untuk mengamati serangga berukuran kecil,
dan hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga secara
mendetail.
Mikroskop Cahaya
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang
diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut eyepiece, sehingga
obyek dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat
diperbesar lagi dengan menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan
selanjutnya ditambahkan pengatur jarak antara kedua lensa untuk
mempertajam fokus, cermin atau sumber pencahayaan lain, penadah obyek
yang dapat digerakkan dan lain-lain, yang semua ini merupakan dasar dari
pengembangan mikroskop modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya
Light Microscope (LM).
LM modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000 kali
dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang
berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002
mm). Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai
daya resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa
kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai
pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan.
Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya
yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang
lebih tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat lebih pendek
dari panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan.
Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru
atau ultra violet dapat memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah
dengan pemanfaatan zat-zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti
minyak), resolusi dapat ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm).
Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan
mode baru akan mikroskop terus dilakukan.
Ditemukannya Mikroskop Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang
100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa
medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin
terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun
1932 mikroskop elektron semakian berkembang lagi. Sebagaimana namanya,
mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya
lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai
kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding
mikroskop optik. Mikroskop electron mampu pembesaran objek sampai 2 juta
kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop
cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan
radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop
cahaya.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa
mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa
berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain
dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa
udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat
alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan
membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan.
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000x,
kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan
mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti
penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari
berikut yaitu virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan
melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Menurut sejarah orang
yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini
adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang
yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka
mambuat mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang
dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali
dari ukuran asli.
Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklaim
dririnya sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada
tahun 1610.
Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609 dan mikroskop
yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu mikroskop
Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut
mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki
kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan
oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang
cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai
sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini
tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek
(1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis. Antony Van
Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional.
Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda.
Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-seratpada kain.
Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta
menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia
tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang
tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi
dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat
kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati
benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini
dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di
lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu
memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil
pengamatannya tersebut danmengirimkannya ke British Royal Society. Salah
satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal
dengan protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat
yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya
adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan
bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya
bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi.
Bila Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad ke-17 dan digunakan
untuk melihat binatang-binatang sejenis mikroba. Menariknya, orang
Jepang senang menggunakannya untuk mengamati serangga berukuran kecil,
dan hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga secara
mendetail.
Mikroskop Cahaya
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang
diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut eyepiece, sehingga
obyek dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat
diperbesar lagi dengan menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan
selanjutnya ditambahkan pengatur jarak antara kedua lensa untuk
mempertajam fokus, cermin atau sumber pencahayaan lain, penadah obyek
yang dapat digerakkan dan lain-lain, yang semua ini merupakan dasar dari
pengembangan mikroskop modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya
Light Microscope (LM).
LM modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000 kali
dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang
berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002
mm). Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai
daya resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa
kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai
pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan.
Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya
yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang
lebih tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat lebih pendek
dari panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan.
Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru
atau ultra violet dapat memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah
dengan pemanfaatan zat-zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti
minyak), resolusi dapat ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm).
Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan
mode baru akan mikroskop terus dilakukan.
Ditemukannya Mikroskop Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang
100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa
medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin
terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun
1932 mikroskop elektron semakian berkembang lagi. Sebagaimana namanya,
mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya
lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai
kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding
mikroskop optik. Mikroskop electron mampu pembesaran objek sampai 2 juta
kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop
cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan
radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop
cahaya.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa
mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa
berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain
dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa
udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat
alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan
membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan.
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000x,
kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan
mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti
penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari
berikut yaitu virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan
melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Menurut sejarah orang
yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini
adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang
yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka
mambuat mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang
dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali
dari ukuran asli.
Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklaim
dririnya sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada
tahun 1610.
Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609 dan mikroskop
yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu mikroskop
Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut
mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki
kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan
oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang
cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai
sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini
tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek
(1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis. Antony Van
Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional.
Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda.
Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-seratpada kain.
Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta
menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia
tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang
tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi
dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat
kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati
benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini
dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di
lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu
memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil
pengamatannya tersebut danmengirimkannya ke British Royal Society. Salah
satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal
dengan protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat
yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya
adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan
bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya
bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi.
Bila Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad ke-17 dan digunakan
untuk melihat binatang-binatang sejenis mikroba. Menariknya, orang
Jepang senang menggunakannya untuk mengamati serangga berukuran kecil,
dan hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga secara
mendetail.
Mikroskop Cahaya
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang
diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut eyepiece, sehingga
obyek dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat
diperbesar lagi dengan menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan
selanjutnya ditambahkan pengatur jarak antara kedua lensa untuk
mempertajam fokus, cermin atau sumber pencahayaan lain, penadah obyek
yang dapat digerakkan dan lain-lain, yang semua ini merupakan dasar dari
pengembangan mikroskop modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya
Light Microscope (LM).
LM modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000 kali
dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang
berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002
mm). Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai
daya resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa
kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai
pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan.
Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya
yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang
lebih tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat lebih pendek
dari panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan.
Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru
atau ultra violet dapat memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah
dengan pemanfaatan zat-zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti
minyak), resolusi dapat ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm).
Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan
mode baru akan mikroskop terus dilakukan.
Ditemukannya Mikroskop Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang
100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa
medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin
terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun
1932 mikroskop elektron semakian berkembang lagi. Sebagaimana namanya,
mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya
lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai
kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding
mikroskop optik. Mikroskop electron mampu pembesaran objek sampai 2 juta
kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop
cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan
radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop
cahaya.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa
mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa
berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain
dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa
udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat
alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan
membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan.
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000x,
kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan
mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti
penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari
berikut yaitu virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan
melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alatlabor/sejarah-penemuan-mikroskop_54f90feca33311ae068b456b
Sejarah Mikroskop
Reviewed by Wahyu Kurniawan
on
01.38
Rating:

selamat........
BalasHapusSaat ini blog anda sudah mulai online........terimakasih anda sudah mengerjakan tugas TIK dengan baik, jangan lupa terus menulis dan berkreasi di blog ini....
semoga sukses........